Orang Terkaya Dunia Elon Musk Cemas Peradaban Manusia Bisa Hancur karena Ini
CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, ingin orang-orang memiliki lebih banyak keturunan. Orang terkaya di dunia ini cemas penurunan angka kelahiran akibat 'resesi seks' di sejumlah negara bisa menjadi ancaman terbesar peradaban manusia.
Resesi seks merupakan istilah yang merujuk pada menurunnya mood pasangan untuk melakukan hubungan seksual, menikah, dan punya anak. Isu resesi seks di Amerika Serikat sendiri mulai muncul pada 2019 silam.
"Tidak ada cukup Agen Idn Sports. Saya tidak bisa cukup menekankan ini, tidak ada cukup orang," tegas Musk di acara Wall Street Journal, Senin (6/12). Menurutnya, tingkat kelahiran yang rendah dan menurun dengan cepat adalah salah satu risiko terbesar bagi peradaban manusia.
Komentar ini dilontarkan Agen Idn Sports Musk ketika muncul tren di mana semakin banyak orang yang memutuskan untuk tidak memiliki anak. Diketahui beberapa alasannya adalah kekhawatiran soal perubahan iklim yang semakin terasa dan kesenjangan.
Dalam sebuah catatan dari analis perusahaan investasi asal AS, Morgan Stanley, gerakan untuk tidak memiliki anak karena kekhawatiran atas perubahan iklim memang tumbuh dan berdampak pada tingkat kesuburan dengan cepat.
Muncul juga pendapat bahwa orang pintar berpikir populasi manusia di Bumi sudah terlalu banyak dan tidak bisa dikontrol. Tapi menurut pria 50 tahun itu, yang terjadi justru kebalikannya.
Benar-benar kebalikannya. Jika orang-orang tidak memiliki lebih banyak anak, peradaban akan hancur. Ingat ucapan saya.
- Elon Musk, CEO Tesla dan Orang Terkaya di Bumi -
Musk sendiri merupakan sosok yang memiliki banyak anak. Ia punya enam putra bersama istri pertamanya Justine Wilson, dan tahun lalu ia dikaruniai seorang putra bersama mantan kekasihnya, Claire Elise Boucher atau dikenal dengan nama panggung Grimes.
Saat ditanya apakah ini alasannya memiliki banyak anak, Musk mengatakan ia hanya ingin memberi contoh yang baik dan menambahkan bahwa dirinya harus mempraktekkan apa yang ia ajarkan.
Fenomena 'Resesi Seks'
Resesi seks kini menjadi suatu fenomena di sejumlah negara. Di AS, misalnya, sebuah penelitian baru menemukan warga di sana yang berusia di bawah 35 tahun berhubungan seks lebih sedikit dibanding generasi sebelumnya.
Data tersebut didominasi oleh perempuan di rentang usia 18-35 tahun yang tidak berhubungan seks dalam satu tahun terakhir. Mereka yang religius atau taat agama turut berkontribusi terhadap Slot pulsa tanpa potongan data tersebut.
Penurunan angka hubungan seks ini telah terjadi selama lebih dari satu dekade. Kondisi semakin parah imbas pandemi COVID-19 yang sempat membuat sejumlah wilayah di AS mengalami lockdown.
Senada dengan AS, China juga diancam oleh gerakan resesi seks warganya. Menurut sensus nasional yang dirilis Mei 2021, seperti dikutip Slot pulsa tanpa potongan AFP, tingkat pertumbuhan tahunan China terus menurun sejak 2017. Pemerintah bahkan disarankan untuk memberikan kompensasi kepada warga yang melahirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar